Warung Tongseng dan Sate Pak Jumadi is located just 15 minutes walk from my
office compound in World Trade Center Sudirman. To be exact, you can input "Karet Gusuran" in your Google Maps and voila you will get into the direction there. It is indeed one of my favourite place to have lunch. This Indonesian dish
called Tongseng is made with mutton, goat, chicken or beef stew and mixed with
cabbage and green tomatoes. The thick curry-like soup is a perfect mixture of
crushed onion, margarine and sweet soy sauce.
Last week was my second eating experience to this Warung. So
surprised that the moment I stepped into the Warung, wife of Pak Jumadi already
knew details of my prefered Tongseng. She mentioned it clearly: 1.5 half
portion, no MSG, no margarine and no chilly paddy. Not just to me, she treated
almost all her customers with a very personalised service.
Today is my third time visiting this place. This time I brought my
friend Adnan Mubarak and Niojuju Jund tasting this delicious Tongseng.
Sometimes you will never realise that repeat orders can come from a simple act
of service. And, that is something that Pak Jumadi's wife has offered me which
then created a snow ball referral effect 😉
'I've learned that people will forget what you said, people
will forget what you did, but people will never forget how you made them feel.'
— Maya Angelou
Verily, I am not a big fan of snake, its blood or even the
meat. For most people, snake is
associated with evil. It makes many people are afraid of it, particularly for
its deadly venom.
Every time I see snake, it always reminds me to the son of Apollo: Asclepius – the god of medicine in ancient Greek story. I am very sure that there must be a strong reason why Snake was so inspiring him so that he holds the rod firmly together with a coiled snake. And I assume that the venom of the snake has been used by him as lifesaving treatments at that time. As we all know, nowadays snake is part of the medical world symbolic brand.
I had the opportunity dropping by at one of the snake soup and satay seller at Mangga Besar area few weeks ago. One thing that I always admire from Edi - the street food vendor is their extraordinary courage to sell something that not everyone dare to eat. From the conversation that I had with him, I learnt that the snake meat has lots of health benefit, one of them is to cure problem with skin. He also taught me how to catch a snake properly and how to tease and play with a Cobra.
There is always some good behind things that we thought it’s a bad. And that’s apply to the venom of a snake.
Every time I see snake, it always reminds me to the son of Apollo: Asclepius – the god of medicine in ancient Greek story. I am very sure that there must be a strong reason why Snake was so inspiring him so that he holds the rod firmly together with a coiled snake. And I assume that the venom of the snake has been used by him as lifesaving treatments at that time. As we all know, nowadays snake is part of the medical world symbolic brand.
I had the opportunity dropping by at one of the snake soup and satay seller at Mangga Besar area few weeks ago. One thing that I always admire from Edi - the street food vendor is their extraordinary courage to sell something that not everyone dare to eat. From the conversation that I had with him, I learnt that the snake meat has lots of health benefit, one of them is to cure problem with skin. He also taught me how to catch a snake properly and how to tease and play with a Cobra.
There is always some good behind things that we thought it’s a bad. And that’s apply to the venom of a snake.
Udah lama banget pengen nge-videoin cara bikin Cakue rumahan tapi gak pernah kesampean. Ada alasan kenapa Cakue. Karena waktu kecil dulu, suka banget makan Cakue sambil dicocol pake susu kopi atau susu kacang. Terus juga ketagihan kalo beli bubur ayam selalu minta ditaburin Cakue yang banyak!
Tempo hari pas lagi jalan kaki pagi, dapat ijin buat nge-shoot dari sepasang suami istri penjual Cakue deket rumah. Cakuenya enak dan garing, dibanderol cuman Rp 3,000 per satunya. Di video berikut ini adalah proses singkat bagaimana Cakue sebelum digoreng sampai disajikan.
Yuk, langsung aja kita nge-Cakue!
Tempo hari pas lagi jalan kaki pagi, dapat ijin buat nge-shoot dari sepasang suami istri penjual Cakue deket rumah. Cakuenya enak dan garing, dibanderol cuman Rp 3,000 per satunya. Di video berikut ini adalah proses singkat bagaimana Cakue sebelum digoreng sampai disajikan.
Yuk, langsung aja kita nge-Cakue!
Just 10 days after my Saumlaki trip, my awesome office mate Dinda and I flew to Jayapura to accomplish our Papua field trip transiting towards Wamena, Jayawijaya. By air, distance from Jakarta to Jayapura takes around 3,700 km or equals to 5 hours 25 minutes. Direct flight of Garuda Indonesia GA-0656 departs daily at 23.20 from Soekarno Hatta Airport to Sentani Airport. The earliest flight to Wamena is by Trigana Air IL-271 at 07.45.
Feels like the memory still lingers inside my mind when last time I visited Wamena highland in 2013 with Ferry Salim – UNICEF Indonesia
Goodwill Ambassador and Bank Central Asia. The Airport was not as good as the
current one. At that time, I could even encounter some men wearing Koteka
strolling around at the airport. But now, change indeed happens significantly.
The airport is now managed very well and I felt so comfortable with the
welcoming view of the beautiful mountain covered with white clouds. I could
also see so many Javanese faces in the city becoming Ojek Drivers, selling
typical Javanese foodies like Satay, Chicken Noodle, Meatball and even Cilok (steamed chewy balls made from tapioca
starch)!
Children of Napoa Peak, Wamena | © UNICEF Indonesia / 2016 / Dinda Veskarahmi |
Although the infrastructure development in Papua shows very well
progress under President Jokowi programme, I can see that the inequality is
still a huge challenge. High HIV cases among teenagers due to low awareness of
information on HIV and AIDS; Villages without school; Children who live in a
poor hygiene practice; Violence amongst parents and children – even between
teachers and students; Puskesmas with trained supervisor but no trained cadres,
and vice versa. Those are indeed unfinished-homework for all of us – not just
for the Government solely.
Children of Karogi Village, Wamena | © UNICEF Indonesia / 2016 / Dinda Veskarahmi
|
To me personally, working with UNICEF and going for a field visit is an opportunity to think and to re-think on how to incorporate relevant real action and bringing better impact to change the challenging situation. Equally important question that I should ask myself again and again: How much effort and contributions have I given out for the children in Indonesia through the professional work that I have done?
Selamat Hari Anak Nasional!
Selamat Hari Anak Nasional!
Kalimat menggantungkan cita cita setinggi langit mungkin sudah akrab di telinga kita sejak kita kecil. Pagi ini, dalam perjalanan dari Jakarta ke Jayapura menuju tujuan akhir di Wamena, kalimat itu kembali terngiang.
Waktu kita ingin menggantungkan sesuatu, pasti ada tempat yang dijadikan cantelan. Kelihatannya di langit tidak ada itu. Dari sudut jendela pesawat, coba kuintip. Ada awan yang asyik bermain, bercanda di taman langit biru. Ada matahari yang sedang mandikan sinarnya untuk manusia-manusia dibawah kolong langit. Kebebasan, keindahan, dan kemegahan - semua yang terlihat. Langit sendiri mungkin akan mengakui bahwa dirinya masih lebih kecil dari semesta. Dan semesta yang pun belum pernah kulihat, kupercaya memiliki Tuan atasnya.
Kembali ke masalah gantung-menggantung. Rasanya mungkin akan lebih sreg kalau kalimat yang digunakan adalah "Serahkanlah cita-citamu pada empunya pencipta langit dan semesta"
Waktu kita ingin menggantungkan sesuatu, pasti ada tempat yang dijadikan cantelan. Kelihatannya di langit tidak ada itu. Dari sudut jendela pesawat, coba kuintip. Ada awan yang asyik bermain, bercanda di taman langit biru. Ada matahari yang sedang mandikan sinarnya untuk manusia-manusia dibawah kolong langit. Kebebasan, keindahan, dan kemegahan - semua yang terlihat. Langit sendiri mungkin akan mengakui bahwa dirinya masih lebih kecil dari semesta. Dan semesta yang pun belum pernah kulihat, kupercaya memiliki Tuan atasnya.
Kembali ke masalah gantung-menggantung. Rasanya mungkin akan lebih sreg kalau kalimat yang digunakan adalah "Serahkanlah cita-citamu pada empunya pencipta langit dan semesta"
Mengasah rasa tepa selira
Selalu ada cerita yang tak terduga dalam setiap perjalanan mengunjungi Indonesia Timur bersama UNICEF. Bertemu dengan orang baru, berkomunikasi dengan cara pandang yang seringan mungkin dan melakukan interaksi dengan masyarakat setempat dengan gaya bahasa yang sesederhana mungkin, merupakan tantangan yang luar biasa.
Lebih dari semua itu, kunjungan ke daerah yang jauh dari hiruk pikuk Jakarta membuat saya lebih mensyukuri hidup, mengasah rasa tepa selira dan membuka cakrawala berfikir yang seringkali masih sempit mengenai arti hidup yang sesungguhnya, khususnya dunia anak-anak yang begitu indah.
Dari Ambon ke Saumlaki
Dalam perjalanan kali ini, Kepulauan Tanimbar / Maluku Tenggara Barat (MTB) adalah lokasi yang saya kunjungi. Jika dilihat dari peta, Kepulauan Tanimbar sendiri berlokasi tepat di atas Darwin, Australia atau boleh dikatakan letaknya juga di sebelah Tenggara bagian Barat Ambon – Kepulauan Maluku. Secara keseluruhan, ada 80 desa dan 1 kelurahan bernama Saumlaki dalam satu gugusan kepulauan MTB. Mata pencaharian utama dari penduduk di MTB adalah menjual kopra (bahan utama untuk sabun mandi), umbi-umbian (ubi dan singkong), sayur mayur (terong, cabe, tomat, dan bunga pepaya). Biasanya semua bahan ini akan dikirimkan ke pengepul yang akan menjualnya kembali ke Ambon, Surabaya dan Merauke.
Selalu ada cerita yang tak terduga dalam setiap perjalanan mengunjungi Indonesia Timur bersama UNICEF. Bertemu dengan orang baru, berkomunikasi dengan cara pandang yang seringan mungkin dan melakukan interaksi dengan masyarakat setempat dengan gaya bahasa yang sesederhana mungkin, merupakan tantangan yang luar biasa.
Lebih dari semua itu, kunjungan ke daerah yang jauh dari hiruk pikuk Jakarta membuat saya lebih mensyukuri hidup, mengasah rasa tepa selira dan membuka cakrawala berfikir yang seringkali masih sempit mengenai arti hidup yang sesungguhnya, khususnya dunia anak-anak yang begitu indah.
Dari Ambon ke Saumlaki
Dalam perjalanan kali ini, Kepulauan Tanimbar / Maluku Tenggara Barat (MTB) adalah lokasi yang saya kunjungi. Jika dilihat dari peta, Kepulauan Tanimbar sendiri berlokasi tepat di atas Darwin, Australia atau boleh dikatakan letaknya juga di sebelah Tenggara bagian Barat Ambon – Kepulauan Maluku. Secara keseluruhan, ada 80 desa dan 1 kelurahan bernama Saumlaki dalam satu gugusan kepulauan MTB. Mata pencaharian utama dari penduduk di MTB adalah menjual kopra (bahan utama untuk sabun mandi), umbi-umbian (ubi dan singkong), sayur mayur (terong, cabe, tomat, dan bunga pepaya). Biasanya semua bahan ini akan dikirimkan ke pengepul yang akan menjualnya kembali ke Ambon, Surabaya dan Merauke.
Argh, one week holiday seems not enough for all of us who are longing for this comfortable atmosphere. Well, the reality is that tomorrow we will continue running the usual activities in this Big Durian city.
Welcome back folks and see you again next year silent Jakarta!
Ramlie Musofa Mosque was established in 2011 on land of 2,000 m2 with a capacity of 1,000 worshipers. With total of 4 floors entirely, the design itself is inspired by the Taj Mahal in India. What makes interesting is that this mosque has no loudspeakers. It was just inaugurated this May 15, 2016 (Sunday 7 Sha'ban 1437 H) by Pak Haji Ramli Rasidin and Prof. Dr. H Nasaruddin Umar.
Architect: Julius Danu
Location: Jl. Danau Sunter Raya Selatan Block I / 10 No. 12C - 14A, North Jakarta.
Location: Jl. Danau Sunter Raya Selatan Block I / 10 No. 12C - 14A, North Jakarta.
Hey it is Jakarta on 5 July 2016 - a day before Eid!
And I had the opportunity to take a short clip from my office desk :)
Through this wonderful opportunity, I want to sincerely wish you
a Happy Eid Mubarak, Minal Aidin Wal Faidzin!
The Indonesian Constitutional Court Chief of Justice – a Scandal
By Charlie Hartono - 12:26:00 pm
As reported by the local and international mass media, Akil Mochtar the Indonesian Constitutional Court Chief of Justice was detained 2nd October 2013 by the Corruption Eradication Commission (KPK) – an Indonesian independent ethics council. Mochtar who has just been selected by the House of Representatives last August 2013 was seized for allegedly accepting a bribe of about $260,000 aimed at influencing the subpoena being processed by the court over a polemicized result in a local election in Kalimantan province. In this wrongdoing, he was too purportedly committing money laundering.
Akil Mochtar – served as Chief of Justice of the Indonesian Constitutional Court. (Photo by Dany Permana / Tribunnews.com, 2013) |
II. States’ symbol tarnished
Aspect of statesmanship of the Constitutional Court judge which supposed to be placed in a very high and respectable position in the system was demolished just because a person's desire to enrich himself by abusing possessed power. Mochtar’s arrest has undeniably tarnished the dignity of the state symbol and merely weakened the credibility of the government of Indonesia. The Indonesian public’s confidence in the rule of law has even more collapsed, crushed, and shapeless. Nevertheless, the bold action taken by the KPK should be appreciated and needs to progressively roll over as the trenchant watchdog of the unprincipled government officials.
III. The consequences of unethical behaviour
As the consequence of his unethical behaviour, Mochtar has lost his integrity, which is the most valuable and important quality anyone can have in his life (Walton, 2006). The tainted money and his power just last for a temporary yet he has diminished himself from the network of people who trust him as a respectable person. Fundamentally, this disappointing scandal is also a disgrace to his family. It indeed brings deep psychologically pressure of his wife and children whereas they will experience deep sorrow, anger, embarrassed of performing their daily activities in their society.
IV. Integrity of the leaders
Indonesia oftentimes included among the world's most-corrupt nations for many years. Last year, Transparency International ranked Indonesia 118th among 176 countries and territories on its Corruption Perception Index 2012.
Summing up and reflecting from Mochtar’s case, Indonesia desperately needs high integrity leaders who shall walk the talk, consistent between the words and actions, own high moral standard, be sincere and fully in control of their own behaviours (Low, 2013; Peterson and Seligman, 2004). Some scholars endorsed that with the upright character true leaders can incise significant change and inspire their surroundings with more fascinating visions. (Miller, 2011, p.183; Palanski & Yammarino, 2007; Brown and Trevin, 2006).
References
BBC. (2013). Indonesia arrests top judge on corruption charges. Retrieved from: http://www.bbc.co.uk/news/world-asia-24344995
Brown, M.E., & Trevin~o, L.K. (2006). Ethical leadership: A review and future directions. The Leadership Quarterly, 17, 595-616.
Low, P.K.C. (2013). Leading successfully in Asia. Berlin; New York: Springer
Miller, W.C. (2011). Spiritual-Based Leadership, in Zsolnai, L. (2nd ed.), Spirituality and ethics in management, New York: Springer.
Monalisa (2013). Akil Mochtar siap diperiksa majelis kehormatan. Retrieved from: http://www.antaranews.com/berita/399920/akil-mochtar-siap-diperiksa-majelis-kehormatan
Palanski, M. E., & Yammarino, F. J. (2007). Integrity and leadership: Clearing the conceptual confusion. European Management Journal, 25, 171–184.
Peterson, C., & Seligman, M. E. P. (2004). Character strengths and virtues: A handbook and classification. New York: Oxford/American Psychological Association.
Ramadhan, B (2013). Kesal Ditanya Siap Potong Jari, Ketua MK Tampar Wartawan. Retrieved from: http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/13/10/04/mu3odu-kesal-ditanya-siap-potong-jari-ketua-mk-tampar-wartawan
The New Zealand Herald. (2013). Top Indonesia judge arrested on suspicion of graft. Retrieved from: http://www.nzherald.co.nz/world/news/article.cfm?c_id=2&objectid=11134318
Transparency International, (2012). Corruption Perception Index 2012. Retrieved from http://www.transparency.org/cpi2012/results
Walton, D.N. (2006). Character evidence; an abductive theory. Dordrecht: Springer.
Zid (2013). Akil Mochtar Bukan Kader Golkar. Retrieved from: http://pekanbaru.tribunnews.com/2013/10/03/akil-mochtar-bukan-kader-golkar
As the capital of the Republic of Indonesia, Jakarta is the irony of a diverse city. Behind all the pomp skyscraper buildings, there are many citizens from different social strata who are struggling to reach their own dreams. Shut our mouth, our ear and hold our breath. Let's just enjoy the beauty of Jakarta's pluralism with our eyes!
The influx of goods from China is unstoppable. Someday in an impromptu bazaar, you may probably find out that the price of a bra may be now much cheaper than the price of a cup of Starbucks. |
I am grateful to be part in the making of University of Auckland Business School's video campaign with other students from US, Russia, China and India.
You may peek the videos* at the URLs below :
*Courtesy of University of Auckland
“Thai Issan & Malay Cuisine” in Auckland
By Charlie Hartono - 2:14:00 am
Owner of “Thai Issan & Malay Cuisine” - Boon Tham and Sumlee Boonyapituk |
As a new kid on the block who just arrived in Auckland, l had a sense that I would desperately find a restaurant that sell Indonesian Fried Rice (Nasi Goreng). It’s just so coincidentally when I walked around that day, I found a Food court displayed “NASI GORENG for $6” sign. I was more surprised as I realized that the food seller is not Indonesian.
Boon Tham and Sumlee Boonyapituk are husband and wife who
started a small restaurant right inside a food court near Anzac Avenue a year
ago. For around 6 years, Boon survived working in Auckland before he finally decided
quitting and then opened this restaurant. Consequently, his wife Sumlee had to leave
Thailand and come to Auckland together with their 3 children joining Boon running
the business together.
The Chef - Boon Tham |
“Thai Issan & Malay Cuisine” most wanted 6$ meals |
“Thai Issan & Malay Cuisine” - Menu |
Have you ever badly felt craving for foodies from your hometown? “Thai Issan & Malay Cuisine” at 79-83 Anzac Avenue, Auckland CBD might be the first suitable option to expel your so called “home sick” for a tasty Asian Food. I highly recommend this restaurant!
“Thai Issan & Malay Cuisine” Restaurant in a Food Court area |
Tulisan perdana dari Auckland ini adalah untuk berbagi bahwa betapa Pemerintah New Zealand (NZ) sunguh-sungguh menjaga kebersihan dan kesehatan warganya dalam menangkal segala jenis produk dan barang yang dibawa penumpang pesawat dari luar negeri yang berpotensi mengotori, merusak stabilitas produk agrikultur, peternakan dan juga budaya NZ.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang dengan Malaysia Airlines dari Soekarno Hatta Jakarta 11 September 2013 pukul 15:45 dan transit di Kuala Lumpur selama 5 jam, tibalah saya di Auckland International Airport pada 12 September pukul 11:45 pagi. Sebelum memasuki checkpoint imigrasi, biasanya para penumpang akan diminta untuk mengisi New Zealand Passenger Arrival Card. Di dalam kartu tersebut akan ditanyakan beberapa hal yang buat kebanyakan orang yang baru pertama kali mengisi kartu tersebut akan bingung dan bimbang untuk mencentang Ya atau Tidak.
Beberapa pertanyaan-pertanyaan yang harus di jawab di dalam New Zealand Passenger Arrival Card meliputi:
- Apakah Anda membawa barang ke Selandia Baru berupa:
• Makanan, antara lain: matang,mentah, segar, yang diawetkan, yang dikemas atau dikeringkan?
• Hewan atau produk hewan, termasuk : daging,produk susu,ikan,madu dan produk lebah,telur,bulu unggas,kerang,wolmentah,kulit hewan,tulang hewan atau serangga?
• Tanaman atau produk tanaman, termasuk: buah-buahan, sayuran, daun-daunan, kacang-kacangan, bagian tanaman, bunga,biji-bijian, umbi-umbian, cendawan/jamur, tebu, bambu, kayu atau jerami ?
• Makanan, antara lain: matang,mentah, segar, yang diawetkan, yang dikemas atau dikeringkan?
• Hewan atau produk hewan, termasuk : daging,produk susu,ikan,madu dan produk lebah,telur,bulu unggas,kerang,wolmentah,kulit hewan,tulang hewan atau serangga?
• Tanaman atau produk tanaman, termasuk: buah-buahan, sayuran, daun-daunan, kacang-kacangan, bagian tanaman, bunga,biji-bijian, umbi-umbian, cendawan/jamur, tebu, bambu, kayu atau jerami ?
- Barang biosekuriti lainnya yang berisiko,termasuk:
• Obat-obatan hewan, kultur/biakan biologis, organisme,tanah atau air?
• Peralatan yang digunakan dengan hewan, tanaman atau air, termasuk untuk pembudidayaan lebah,memancing, olahraga air atau aktivitas menyelam?
• Benda-benda yang mengandung tanah, sepatu olahraga luar ruangan atau alas kaki untuk aktivitas hiking dan tenda?
Selama 30 hari terakhir (ketika berada di luar Selandia Baru) pernahkah Anda mengunjungi hutan, bersentuhan dengan hewan (bukan hewan piaraan) atau mengunjungi tempat-tempat yang menernakkan atau memproses hewan atau tanaman?
• Obat-obatan hewan, kultur/biakan biologis, organisme,tanah atau air?
• Peralatan yang digunakan dengan hewan, tanaman atau air, termasuk untuk pembudidayaan lebah,memancing, olahraga air atau aktivitas menyelam?
• Benda-benda yang mengandung tanah, sepatu olahraga luar ruangan atau alas kaki untuk aktivitas hiking dan tenda?
Selama 30 hari terakhir (ketika berada di luar Selandia Baru) pernahkah Anda mengunjungi hutan, bersentuhan dengan hewan (bukan hewan piaraan) atau mengunjungi tempat-tempat yang menernakkan atau memproses hewan atau tanaman?
- Apakah Anda membawa masuk ke Selandia Baru:
• Barang-barang yang mungkin dilarang atau dibatasi, contohnya obat-obatan,
senjata, publikasi yang tidak senonoh, spesies flora atau fauna langka, obat-obatan terlarang atau peralatan penggunaan narkoba?
• Alkohol melebihi batas perseorangan yang diperbolehkan (3 botol masing-masing mengandung tidak lebih dari 1125mililiter untukminuman keras dan 4,5 liter untuk
anggur atau bir) dan produk tembakau melebihi batas perseorangan yang diperbolehkan (200 batang rokok atau 250 gram tembakau atau 50 batang cerutu atau campuran dari ketiganya yang tidak melebihi 250 gram)?
• Barang-barang yang didapatkan di luar negeri dan/atau dibeli tanpa pajak (duty free) di Selandia Baru dengan nilai total melebihi NZ$700,termasuk hadiah?
• Barang-barang yang dibawa untuk keperluan bisnis atau komersial atau barang-barang yang dibawa atas nama orang lain?
• Uang tunai dengan jumlah totalNZ$10.000 atau lebih (termasuk instrumen yang dapat dirundingkan pemilik) atau jumlah yang sama dalam mata uang asing?
• Barang-barang yang mungkin dilarang atau dibatasi, contohnya obat-obatan,
senjata, publikasi yang tidak senonoh, spesies flora atau fauna langka, obat-obatan terlarang atau peralatan penggunaan narkoba?
• Alkohol melebihi batas perseorangan yang diperbolehkan (3 botol masing-masing mengandung tidak lebih dari 1125mililiter untukminuman keras dan 4,5 liter untuk
anggur atau bir) dan produk tembakau melebihi batas perseorangan yang diperbolehkan (200 batang rokok atau 250 gram tembakau atau 50 batang cerutu atau campuran dari ketiganya yang tidak melebihi 250 gram)?
• Barang-barang yang didapatkan di luar negeri dan/atau dibeli tanpa pajak (duty free) di Selandia Baru dengan nilai total melebihi NZ$700,termasuk hadiah?
• Barang-barang yang dibawa untuk keperluan bisnis atau komersial atau barang-barang yang dibawa atas nama orang lain?
• Uang tunai dengan jumlah totalNZ$10.000 atau lebih (termasuk instrumen yang dapat dirundingkan pemilik) atau jumlah yang sama dalam mata uang asing?
Sebagai informasi, dari Indonesia saya membawa 2 koper Besar berisi baju dan barang barang keperluan studi yang keduanya berbobot *30kgs (jatah maksimal untuk penerbangan internasional) dan 1 koper kecil dorong berdimensi 36x56x23cm dan tidak melebihi 7 kgs yang boleh diletakkan di kabin pesawat. Lalu saya juga membawa 1 tas pundak untuk meletakkan laptop.
Untuk memudahkan pemeriksaan keamanan barang-barang yang ada dalam checklist New Zealand Passenger Arrival Card di atas tadi, saya sudah memisahkan semua barang barang yang rawan untuk diperiksa ke dalam koper kecil dorong tadi. Barang-barang yang saya bawa didalamnya meliputi:
- Obat-obatan pribadi: 2 strips Rhinos untuk flu, 1 kotak Norit untuk muntaber, 1 kotak Multivitamin - Ester C dan beberapa lembar koyo untuk pegal-pegal.
- 1 kotak teh celup yang masih disegel.
- 1 botol Lotion Ultra Violet.
- 10 bungkus Rokok titipan teman: 4 rokok Dji Sam Soe Kretek dan 6 Marlboro Ice Blast yang masih segel.
- Sambal Terasi Bungkusan Kokita dan Bubuk Terasi Kering ABC yang masih disegel juga.
- 1 Kamera DSLR + 2 Lensa
Setelah melewati check point imigrasi dan mengambil barang bawaan bagasi, maka tahap final adalah untuk membawa koper dan barang bawaan melewati screening mesin X-Ray dan juga anjing pendeteksi.
Dari semua barang yang ada dalam koper tersebut, bersyukur tidak ada satupun barang yang termasuk daftar hitam bandara Auckland. Akhirnya, saya bisa keluar dari airport menikmati udara segar kota Auckland dan langsung menuju tempat asrama Kampus saya.
Jadi, ketika hendak memasuki area pemeriksaan check-point imigrasi jangan lupa untuk membuang langsung barang barang yang dirasa terlarang untuk memasuki negara NZ, atau jangan ragu men-declare barang barang Anda sebelum dikenakan denda NZ$400 :D
Selamat datang di Auckland! Ki Ora!
"Busyet, musim dingin ini sungguh menyiksa. Terus-menerus dingin tanpa akhir. Badan menggigil, perut kelaparan. Kemiskinan ini juga sungguh menyiksa. Dari dulu miskin. Terus-menerus miskin tanpa akhir!" Demikian teriak si Kusta dengan pilu. Si Wanita Penghibur mendengarkan keluhan itu dengan iba. Si Pemulung menunduk prihatin.
Pada saat itu terdengarlah suara Kristus yang memelas, namun penuh wibawa, "Tolonglah Aku. Cabutlah mahkota emas ini yang dipasang oleh gereja sejak gereja mulai melembaga 2.000 tahun lalu. Mahkota-Ku yang betul bukan terbuat dari logam mulia, melainkan dari duri hina. Ah, senangnya hati-Ku bertemu kamu. Aku datang ke dunia untuk kamu. Aku jadi hidup kalau Aku sehati dengan kamu pada kedalaman penderitaanmu. Namun, sudah lama Aku disandera oleh pendeta. Bebaskanlah Aku supaya Aku bisa berfungsi sebagai Juruselamat bagi orang-orang yang menderita seperti kamu!"
Baiklah kita lihat siapa yang dimaksud dengan si Kusta, si Wanita Penghibur, dan si Pemulung dalam drama ini.
Tulisan di atas adalah tulisan Bapak Andar Ismail dengan judul "Kristus Disandera Pendeta" (hal. 125-129) seri Selamat Sehati - 33 Renungan tentang Sehati Sepikir (2013), terbitan BPK Gunung Mulia.
Image sources:
http://ecx.images-amazon.com/images/I/51JknMRvIYL._SY300_.jpg
http://lilinkecil.com/popup_image.php?pID=2851&osCsid=bdaaa056e921734358e0f88a5e7c35e2
http://jesusistheword.org/wp-content/uploads/2012/05/crown-of-thorns-and-gold-crop.jpg